Kepanjangan dari Madrasah Science Expo, bertempat di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta tanggal 15-17 Januari 2009.
Acara ini diadakan oleh Departemen Agama bekerja sama dengan madrasah seluruh Indonesia, terutama madrasah yang mendapat bantuan pembangunan laboratorium dari Depag. Ketika melihat proposalnya, subhanallah!! Keren banget ni mu’allimin, dananya aj mencapai ratusan juta rupiah, skala kegiatannya nasional. Batinku, “kapan Mu’allimaat bisa ngadain acara kayak gini?”
Hmmm, alhamdulillah ada tawaran untuk bantu-bantu panitia mengurusi peserta dan tamu perempuan, secara mu’allimiin cowok semua, otomatis butuh bantuan cewek.
Aku mengajak Rohana, Molly, Usy, Dibi dan Lely untuk ikut serta dalam acara ini.
Subhanallah! baru masuk parkiran mu’in aj aq bersama teman mate_3x terkagum-kagum pada besarnya acara MSE. Udah kayak kota santri aj. Yaa mungkin bagi anak mu’in yang sering mengadakan acara besar hal itu sudah biasa, tapi bagi kami anak mu’at, hal itu luar biasa, memalukan mungkin, tapi tidak bagi kami.
Hari pertama, tanggal 15 malam, kami diminta untuk among tamu, wah bahagia rasanya, bisa mengantarkan orang-orang terkenal dan terhormat. Apalagi setelah melihat acara pembukaan MSE, ternyata teman satu angkatan kami, matha, ikut memeriahkan acara ini dengan nasyid mereka. Dulu sih aku pernah melihat penampilan mereka, tapi karena dulu belum begitu mengenal personelnya jadi aku hanya kagum pada mereka, namun setelah mengenal mereka aku menjadi kagum dan bangga pada mereka, hmm...sekaligus pada angkatan kami. Malam itu ditutup dengan foto bersama kami dengan UsthTuti dan Usth Suminah.
Hari kedua, tanggal 16 januari 2009, Rohana dan Molly membantu dari pagi hari, sedangkan aku, usy dan dibie baru datang ba’da maghrib karena ada acara pada pagi dan siang hari. Siang harinya kami ikut aksi AMM se-DIY untuk Palestina di depan kantor pos, aksi itu juga ga kalah serunya, meneriakkan takbir “Allahu Akbar”, mengibarkan bendera Muhammadiyah, bernyanyi dan berpanas-panasan dengan sengatan sinar matahari bersama. Mungkin banyak orang memandang bahwa aksi itu tak ada manfaatnya, tapi aku cukup bahagia dengan aksi itu, setidaknya ada bukti sumbangan dari para pengguna jalan yang menunjukkan bahwa aksi itu mempunyai sumbangsih ke rakyat palestina, walaupun amat sangat sedikit pengaruhnya untuk mengurangi penderiataan mereka. Hehehe, tapi aku merasakan suasana kekeluargaan yang begitu kuat. aku bertemu dengan adik-adik kelasku,ust/usth, dan teman seperjuanganku di Mu’allimat. aku bertemu dengan orang-orang hebat, para petinggi HW, TS, IMM, IPM, NA, PM dan KOKAM.
Huft,,, kalau dipikir capek juga badan ini, tapi tanggung jawab untuk membantu MSE menunggu kami di Mu’in. Aku dan Dibie segara meluncur ke Mu’in ba’da maghrib, disana aku langsung bertemu dengan Molly dan Usy. Hmm..acara malam ini adalah pengajian dari Pak Harwanto Dahlan dan Cak Nun bersama Kyai Kanjeng. Seperti biasa kami diberi tugas untuk mengatur para tamu dan peserta perempuan.
Acara dimulai dengan nyanyian dari Kyai Kanjeng, subhanallah, indah sekali musiknya, perpaduan antara alat musik modern dan alat musik tradisional. Setelah itu Pak Harwato bersama petinggi Mu’in dan Satrawan Muhammadiyah Mustafa W Hasyim memasuki panggung. Gelak tawa mulai terdengar, karena pak Harwanto mulai meluncurkan kata-kata lucu andalannya. Hujan mengguyur halaman depan mu’in di tengah-tengah acara. Para peserta dan tamu undangan pun mulai ribut, masing-masing menyelamatkan diri dari guyuran air hujan, tapi alhamdulillah suasana dapat kembali tenang. Setelah Cak Nun datang bersama Novia K., aku, dibie dan Molly maju ke barisan terdepan.
Nah, dari sini, jantungku mulai berdebar kencang, jiwaku meledak-ledak. Cak Nun meminta salah satu peserta maju untuk memimpin peserta menyanyikan lagu sang surya. Dan majulah peserta dengan pakaian jubah dan bersurban, namun berjaket tentara. Kata Pak Harwanto, “ini perpaduan antara Kopasus dan Hamas”. Whahaha, karuan aj penonton tertawa terbahak-bahak ketika mendengarnya. Musik untuk mengiringi lagu sang surya pun mulai dimainkan, ternyata peserta yang maju cukup jago untuk menyamakan dan menyelaraskan suaranya dengan musik Kyai Kanjeng itu. Masyaallah, indah sekali, arrangement yang baru pertama kali kudengar untuk lagu sang surya, perpaduan yang hebat, antara suara nasyider dan musik tradisional modern. Hahh, saking bahagianya, aku, Dibi dan Molly, ikut menyanyikan lagu sang surya itu dengan semangat dan sesak nafas,,hee, aku doank kalee.
Hmmm, aku benar-benar menikmati suasana ini, walaupun tidak semua peserta berasal dari pondok Muhammadiyah, ada juga dari NU, dan golongan lain, namun aku yakin, mereka juga dapat menikmatinya.
Detik-detik menegangkan pun dimulai, Cak Nun menjelaskan filosofi lagu sebelum cahaya yang dinyanyikan grup band Letto dengan vokalis anaknya sendiri, ternyata berasal dari surat al-insyirah, lagu itu akan dinyanyikan oleh Novia K. Bersama perwakilan dari peserta perempuan, Dibie yang sedang asyik motret di depan pun langsung dilirik Pak Harwanto, katanya “ ayo, Mu’allimaat maju!”. Dibie segera menyadari bahwa yang dimaksud pak Harwanto adalan dirinya. Ia pun mundur, bergabung bersama aku dan Molly. Teriakan “ayo maju maju” terdengar riuh redam, namun tak ada satu pun peserta perempuan yang mau maju. Akhirnya Pak Harwanto pun turun dari panggung dengan membawa mic untuk diserahkan pada salah satu peserta perempuan.
Jededeng..jedeg jedeg, ternyata,,pak Harwanto menuju ke arah kami.... ketika pak Harwanto berada tepat di depan kami, Dibie sempat memegang mic itu dan mengajak aku serta Molly untuk bernyanyi bersama...ssrrrttt, lampu sorot pun langsung menuju ke arah kami, cekrek cekrek cekrek, semua kamera juga tertuju ke arah kami, rasanya seperti menjadi artis dalam beberapa detik,
Deg, jantung serasa berhenti, mata hanya dapat melihat sinar putih karena lampu sorot dan blitz kamera yang benar-benar terpusat pada kami. Dibi langsung mengembalikan mic itu ke pak Harwanto, hahh, ini mu’allimiin nona, ga mungkin kami akan bernyanyi di depan mereka semua. Suara wanita kan aurat(hehehe, untuk menutupi rasa malu kami)...
Benar-benar memacu adrenalin, perasaan bercampur aduk, antara malu, senang, dan bingung, karena aku dan Dibie sama-sama ngefans pak Harwanto.
Let’s imagine!
Seseorang yang difenin(bahasa ngendi kuwi?) meminta kita untuk maju ke depan panggung menyanyikan lagu terkenal bersama artis dan grup musik yang super keren di kandang lawan.
Mungkin kalau ga di mu’allimin kami berani maju...hahaha
Alhamdulillah, kami mendapatkan pengalaman yang luar biasa mahal.
Hari ketiga, tanggal 17 Januari, seperti dua hari sebelumnya, kami datang ba’da maghrib, namun kini membawa pasukan dengan jumlah banyak, yaitu Janne, kikyut, Putri, Fiya ma Hafida. Seperti pada pembukaan, matha membawakan nasyid mereka untuk memeriahkan acara. Dan kali ini kami dapat dengan jelas mendengar dan melihat mereka karena belum banyak peserta yang datang. Hmm..mereka memang hebat,
Acara MSE ini ditutup dengan kebahagiaan dan kemenangan, karena mu’allimin keluar sebagai juara umumnya, alhamdulillah..insyaallah mu’allimaat nyusul, tapi entah kapan, hehe
Baru kali ini aq bersama teman-teman merasa nyaman di Mu’allimin selama berjam-jam dengan suasana hati yang campur aduk.
Selengkapnya...