Gila gila gila, aku merasa jadi orang gila, bahagianya jadi orang gila, bebas tersenyum, bebas menangis, bebas berteriak, bebas berbicara, bebas bertingkah laku dan bebas berpakaian apa adanya.. ya begitulah gila sebenarnya,, namun ternyata definisi gila itu banyak macamnya.
Menurut ilmu psikologi orang gila adalah orang yang sarafnya rusak, lupa pada diri sendiri dan orang lain, tidak mempunyai rasa malu, lupa kewajiban, dan tidak sadar apakah yang dilakukannya itu merupakan sebuah kesalahan ataupun kebenaran.
Namun, aku sering mendengar orang berkata, “ gila kau” atau “mungkin dia telah menjadi orang gila”, lalu gila seperti apakah yang dimaksud disitu?
Emm.. ada sebuah cerita,,
Dulu sewaktu aku tinggal di sekitar kampung Kauman, ada orang gila yang sering berteriak-teriak mengumpat orang Kristen di samping Masjid Gedhe Kauman, namun umpatannya amat berbobot menurutku, seperti umpatan orang yang belajar kristologi dan teologi. Wah, orang waras pun belum tentu bisa berpikir seperti itu.
Kemudian aku pernah mendengar MH. Ainun najib berkata, “kalian ni jangan sampai kalah dengan orang gila, ada orang gila yang hafal surat yasin, yang keluar dari mulutnya adalah cuplikan-cuplikan surat Yasin, terus kalau ada sekumpulan orang yang hendak sholat jama’ah sedangkan tak ada orang waras yang mampu untuk menjadi imam, apakah kita harus mengangkat orang gila untuk menjadi Imam?”
Gila,,apakah gila itu?
Dulu Galileo Galilelei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, bahwa bumi lah yang memutari matahari dianggap gila oleh gereja, kemudian dipenjara, padahal apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
Sewaktu Rosulullah pertama kali berdakwah pun beliau dianggap gila oleh kaumnya karena mengkhianati agama nenek moyang, padahal yang didakwahkannya adalah sebuah kebenaran.
Ternyata gila itu relatif.
Seseorang yang melakukan sesuatu di luar kebiasaan masyarakat dianggap gila, seseorang yang berpikir terhadap kemungkinan-kemungkinan kecil yang akan terjadi dianggap gila, seseorang yang menyatakan kebenaran dianggap gila, seseorang yang berkreasi pun bisa dianggap gila.
Dan entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasa jadi orang gila versiku sendiri. Hatiku sangat sensitif, mudah sekali tertawa dan mudah sekali menangis, cara berpikirku pun berubah, lain dari biasanya. Apakah gerangan yang terjadi pada diriku sendiri, aku pun tak tahu. Yang ku tahu, semua itu terjadi karena bertumpuknya masalahku, yang ada dalam benakku hanya sebuah kalimat “aku harus bertahan”. Aku tak pernah mengalami suasana hati yang begitu rumit ini.
Apakah orang gila bisa mengatakan bahwa orang yang dilihatnya adalah orang gila pula?
Ah, aku sering melihat orang yang berbuat aneh, dalam hatiku aku berkata, “gila, bisa-bisanya dia berbuat........”.
Terngiang-ngiang lagu Sheila On 7
“ketidakwarasan padaku, selimut tebal hati rapuhku, aku mulai nyaman berbicara pada dinding kamar, aku tak kan senang saat sehatku datang.”
Yah, saat ku serasa menjadi orang gila, seolah-olah aku melihat diriku yang lain berkata
“Dasar! Miftah Bodoh, cewek lemah, dicoba gini aj ga kuat, ingat, al mu’minul qawiyyu khoirun wa ahabbu ilallahi minal mu’mini dho’ifi, mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu’min yang lemah. Kamu ini kapan mau ningkat derajatnya kalau gini terus? Sial, kenapa aku harus mengenal orang sepertimu? Busuk, munafik, sombong, ga tahan banting, mati aja lah kamu, ga berguna....TANGiiiiiii!!! buka matamu Miftah, tegakkan kepalamu hadapi duniamu, perlama sujudmu, pasrah, rendahkan dirimu di depan Sang Pencipta.”
Suara itu, entah hendak mengejekku atau menasihatiku,
Yang ku tahu, biarlah aku mendengar suara-suara itu terus-menerus, birlah aku dikatakan gila, jika kegilaanku dapat membuatku mengingat Tuhanku, bila kegilaanku dapat mengurangi beban masalahku
Dan aku menamakan kegilaanku ini adalah penyakit gila nomor 19. Karena aku menderita penyakit ini di detik-detik menjelang usiaku yang beranjak 19 tahun.
Aku ingin menjadi keris mataram, ditempa beribu-ribu kali dengan besi pilihan, namun ia tetap bertahan, mungkin ia berteriak-teriak kesakitan ketika dipukul oleh empunya, ketika panas membakarnya, namun semua itu menjadikannya sebuah keris kuat lagi sakti. Penampilannya tak banyak berbeda dari keris lain, namun tempaan itu membuatnya gagah tak terkalahkan. Aku pun ingin berteriak, menangis sejadi-jadinya, aku berharap aku dapat bertahan, hingga suatu saat nanti aku akan menjadi orang kuat yang hebat. Amien.
Terima kasih Ya Allah, atas semua anugrah yang Kau berikan kepadaku, mungkin Kau ingin aku belajar, mungkin Kau ingin membuatku lebih dewasa, mungkin Kau ingin aku merasakan kasih sayangMu yang begitu besar. Dan ternyata, aku memang mencintaiMu ya Allah.
Selengkapnya...