CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Tuesday, August 4, 2009

Dimensi Lain dalam Isra' Mi'raj

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Isra-1)


Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, isra’ dan mi’raj. Secara istilah isra’ berarti berjalan di waktu malam, sedangkan mi’raj adalah alat(tangga) untuk naik. Isra’ mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa Palestina. Mi’raj adalah kelanjutan perjanalan Nabi Muhammad SAW dari masjidil Aqsa ke langit sampai sidratul muntaha.Kenapa harus malam hari?
Pemilihan malam bukan siang terkait dengan struktur ruang dan waktu.

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (Q.S Al-Ma’arij:4)

Jika mi’raj dari masjidil Aqsa dilakukan dari jam 8 malam hingga jam 4 pagi, dengan kecepatan seperti di atas maka Nabi Muhammad SAW bersama Jibril menempuh jarak 825.000.000 km dari bumi. Perjalanan ini baru melampaui planet Saturnus, tetapi belum sampai Uranus apalagi Neptunus. Perhitungan ini terjadi ketika kita menganggap bahwa ruang dan waktu bersifat absolut, tidak saling mempengaruhi.
Namun anggapan ruang dan waktu bersifat absolut dalam peristiwa isra’ mi’raj ini memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1. Malaikat tercipta dari Nur(cahaya), kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Bukan hanya malaikat yang tercipta dari cahaya namun juga ruh. Menurut teori relativitas khusus, hanya materi tak bermassa yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. Jika menggunakan teori ini maka yang melakukan isra’ mi’raj hanya ruh Nabi Muhammad SAW saja, padahal pada kenyataannya fisik Nabi Muhammad SAW juga ikut isra’ mi’raj.

2. Perjalanan dengan kecepatan cahaya atau di bawahnya hanya mampu mencapai jarak terjauh planet Neptunus. Jadi jangankan mencapai bintang terdekat, yakni Alpha Centaury yang memerlukan waktu 4,4 tahun jika menggunakan kecepatan cahaya, keluar dari sistem tata surya sendiri pun belum. Sehingga amat mustahil Rosul dapat mencapai Sidratul Muntaha.

3. Andai Rosul benar-benar bergerak dengan kecepatan cahaya, maka tubuh Rosul akan meledak, sesuai dengan hasil relativitas khusus. Terdapat pola hubungan psikologis dan biologis selama perjalanan dengan kecepatan tinggi tersebut. Dengan demikian teori relativitas khusus tidak memadai untuk menjelaskan peristiwa isra’ mi’raj.

Alternatifnya,mi’raj dipandang sebagai perjalan keluar dari dimensi ruang dan waktu kita. Di dalam model jagat raya yang secara umum diketahui, ternyata masih terdapat ruang ekstra di luar jagat raya. Jika ruang antar bintang maupun antar galaksi dipandang sebagai langit material, maka langit immaterial adalah langit yang berada di ruang ekstra. Karena ruang ekstra berada di luar ruang material, maka hukum ruang dan waktu yang kita kenal tidak berlaku disana, sehingga perjalan isra’ mi’raj melalui beberapa lapis berlangsung dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Itulah dimensi lain yang tidak kita ketahui dan belum disentuh oleh ilmu pengetahuan. Allahu Akbar dengan segala kebesarannya.
Selengkapnya...