CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Tuesday, April 14, 2009

BERKIBARLAH BENDERA IPM-KU



Ahad, 12 April 2009, ada sebuah moment berharga untukku, yaitu Pelantikan PC IPM Banguntapan Utara. Pelantikan yang aneh menurutku, karena yang namanya pelantikan tu ya yang ngurus pengurus lama, namun entah kenapa pelantikan kali ini yang ngurus pengurus baru. Jadi kami mengadakan acara untuk melantik diri kami sendiri(hahaha, lucu lucu)..

Terlepas dari semua itu, aku kembali menikmati perjuanganku. Hanya untuk melihat bendera IPM berkibar dengan gagahnya saat pelantikan, aku relakan diriku mengambil bendera IPM di kota Bantul, malam minggu pukul 7.

Bukan untuk pamer ataupun riya’. Aku hanya merindukan suasana itu, suasana haru dan bangga akan perjuangan yang ku rasakan bersama teman-teman di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah tercinta.

Akhirnya, bendara yang berlambang “putelot bujel” itu pun dapat berkibar dengan gagah di depan Aula Al-Muthi’in, sebuah tempat yang dulu merupakan tempat bermainku bersama saudara-saudaraku, dan kini dirombak menjadi sebuah aula milik yayasan Al-Muthi’in. Sekali lagi aku merasakan sebuah keanehan. Yayasan itu berdiri di atas tanah wakaf saudara-saudaraku, ketua yayasannya adalah pakdheku sendiri, yayasan terbesar kedua di Jogja, yang diketuai seorang ketua PC Muhammadiyah Banguntapan. Namun...yang didirikan adalah TKIT dan SDIT, disamping ada TPA dan kejar paket juga sih... hmm, bukannya aku membenci nama IT, hanya saja aku merasa kehilangan spirit of Muhammadiyah jika berurusan dengan nama IT,,dan karena yayasan diurus oleh orang Muhammadiyah, maka mereka memberanikan diri untuk meminta bantuan dana ke PP Muhammadiyah dan yang diutus adalah mahasiswa UAD yang sedang KKN di kampungku.

Dan tahukah kalian apa yang terjadi???

Yaah, jelas ditolak tho yoh..walaupun memintanya dengan jas orange khas UAD, pin IMM di dada, slayer Muhammadiyah di kepala dan segala tetek bengeknya. Secara lembaga pendidikan milik Muhammadiyah aja banyak yang kekurangan dana,,ehhh..ini kok IT berani-beraninya minta. Hehehe, tapi ya ga tahu kenapa, dana untuk membangun yayasan itu selalu adaa aja, mungkin yang berniat mendirikannya adalah orang yang bertaqwa, sehingga firman Allah “ma man yattaqiillaha yarzuqhu min haitsu laa yahtasib” pun berbicara.hahaha

Nah, oleh karena itu, bangga rasanya melihat bendera IPM bisa nampang di kawasan SDIT dan TKIT. Sekaligus memuhammadiyahkan kembali kampungku.(weh, lha kok fanatisme organisasi?)..emm, mungkin lebih tepatnya menjadikan warga kampungku menjadi pengikut nabi Muhammad SAW.(hehe, bedane opo?)

Selengkapnya...

Monday, April 6, 2009

Metode Dakwah

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
“Yassiruu walaa tu’assiruu, Basysyiruu walaa tunaafiruu”
(mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat lari)

Hikmah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perkataan yang benar dan tegas yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Dalam Muhammadiyah ayat ini sudah sangat sering disampaikan dan menjadi dasar Muhammadiyah dalam berdakwah, sehingga terciptalah konsep dakwah cultural.
Dakwah Cultural adalah cara berdakwah dengan cara perdekatan budaya. Budaya, tradisi dan adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat dihargai, kemudian dikemas dengan nilai-nilai Islam sehingga lambat laun masyarakat dapat meninggalkan tradisi yang berbau TBC (takhayul, bid’ah, khurafat) dengan peribadatan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rosul.

Terkait masalah konsep dakwah cultural, terkhusus budaya selamatan, ada 3 opsi yang ditawarkan
1. Mendatangi acara selamatan, namun secara pelan-pelan harus dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa hal tersebut adalah bid’ah, dan berusaha merubahnya. Mungkin dengan mengkaji ayat-ayat dan dzikir yang dibaca, mengurangi 7harian menjadi 3harian, kemudian menjadi 1hari, dll.
2. Datang tapi terlambat, dalam artian tidak mengikuti tahlilan, namun hanya ceramahnya saja, sebagai kewajiban seorang muslim jika mendapat undangan. Namun, jika seperti ini, masyarakat kurang mendapat pemahaman.
3. Tidak datang, dengan maksud memberikan pelajaran bagi masyarakat bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan. Hal ini menimbulkan konsekwensi yang lebih besar, sebagai ganti tidak mengikuti setiap acara selamatan, orang tersebut harus pintar “srawung” dan bersosialisasi dengan masyarakat pada kesempatan yang lain.

Yang saya bingungkan di sini adalah, apakah cara tersebut efektif untuk menghilangkan tradisi masyarakat? Yogyakarta adalah kota tempat kelahiran Muhammadiyah dan Muhammadiyah pun amat berkembang pesat di Yogyakarta. Namun kenapa di Yogyakarta sendiri tradisi kejawennya masih tumbuh subur? Padahal KHA. Dahlan sendiri dulu tumbuh di lingkungan kraton, sungguh ironis.

kemudian jika kita terlalu apatis terhadap kebudayaan tersebut, maka justru orang non-Islam akan berteriak kegirangan karena mendapatkan kesempatan yang baik untuk memurtadkan orang Islam. Hal ini pernah terjadi di Jawa Timur. Ada sebuah desa yang kebudayaan selamatannya telah benar-benar menghilang, namun hal tersebut terjadi karena pemaksaan, bukan penyadaran. maka masyarakat pun mencari celah untuk dapat melestarikan apa yang diyakininya. dan moment ini dimanfaatkan missionaris, mereka mangadakan selamatan untuk orang Islam, namun yang dibaca bukannya dzikir islami, melainkan ayat-ayat injil yang berbahasa Arab. astaghfirullah

Guru saya berkata bahwa itulah proses, dan itulah yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk selalu dakwah amar ma’ruf nahi munkar, karena memang sulit sekali berhadapan dengan tradisi masyarakat. Mengingatkan anggota keluarga sendiri saja kadang kita tidak mampu.

Dan menurut teori dakwah, dakwah itu harus disesuaikan dengan objek yang didakwahi.
Jika orang yang kita dakwahi sudah mampu untuk menerima kebenaran seutuhnya maka katakanlah dengan tegas dan terang, namun jika orang yang kita dakwahi belum mempu untuk menerima kebenaran maka lakukanlah dakwah dengan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu.

Konsep ini juga pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau berdakwah di Makkah, yang pertama kali beliau lakukan adalah menanamkan iman dan tauhidullah di hati umatnya. Dan ketika beliau berdakwah di Madinah, beliau mulai menanamkan hukum-hukum agama, jihad, muammalah, dll. Hal tersebut dikarenakan oleh kondisi umat Islam di Madinah yang lebih siap menerima kebenaran dibanding kondisi umat Islam di Makkah. Dan dakwah nabi pun terbukti keberhasilannya.

Jika kita melihat pada sejarah masuknya Islam ke Indonesia, orang Indonesia pada umumnya menyukai Islam karena ajaran agama Islam yang tidak mengenal sistem kasta, penyebaran Islam dilakukan dengan jalan damai, upacara keagamaanya yang sederhana, dll. Walaupun telah memeluk Islam, umat Islam pada waktu itu masih sulit sekali meninggalkan tradisi animisme, dinamisme maupun ajaran Hindu Budha, sehingga dilakukanlah pendekatan-pendekatan kebudayaan. Seperti para Sunan yang mengundang orang untuk memeluk Islam dengan gamelan, wayang kulit yang dijadikan hiburan dikemas nilai Islam dengan diubahnya bentuk tubuh wayang kulit agar tidak terlalu menyerupai manusia, dll.

Dalam babad tanah jawa yang tersimpan di museum Belanda tercatat, bahwa Sunan Kalijaga berkata,
“ aku berharap agar umat Islam di masa mendatang dapat meluruskan apa yang aku perbuat sekarang”.
Yah, karena memang dakwah di masa dulu tidak akan diterima masyarakat jika langsung saklek, ekstrim dan tidak flexible.

Kemudian saya mencoba membandingkannya dengan proses penyebaran agama Kristen. Kebanyakan upacara agama kristen tidak murni dari agama Kristen tapi juga ada akulturasi budaya dengan agama Pagan (penyembah alam). Seperti hari Natal, tanggal 25 Desember diambil dari hari raya kaum Pagan. Dulu hari suci kaum Nasrani adalah hari Sabtu, kemudian digeser 1 hari hari Minggu yang merupakan harinya kaum Pagan untuk menyembah matahari ( SunDay=hari matahari).

Umat Kristen saat ini tampaknya tidak terganggu dengan hal semacam itu. Namun umat Islam sangat amat terganggu dengan akulturasi budaya Hindu Budha, animisme dinamisme ke dalam ajaran Islam, karena hal itu amat terkait dengan masalah aqidah.

Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah wali songo?
Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah Muhammadiyah?
Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah umat Islam pada umumya? Selengkapnya...