Banyak yang menganggap remeh orang yang mencari uang di jalanan. Posisi mereka direndahkan, dianggap perusak pemandangan dan pengganggu pengguna jalan. Bahkan kadang kita hanya memandang mereka sebelah mata ketika mereka menyodorkan topi untuk meminta sekeping koin dari saku kita. Dan cukup dengan ayunan tangan pertanda sebuah penolakan mereka akan segera pergi dari hadapan kita.
Memang benar kata pemerhati sosial,memberi uang kepada anak jalanan tidak baik untuk pendidikan dan hanya akan membuat mereka malas untuk bekerja. Pemerintah telah berusaha mengurangi ledakan anak jalanan dengan memberikan ketrampilan agar mereka dapat berwirausaha. Namun mengapa kebanyakan mereka lari ketika satgas mendatangi mereka untuk dibawa ketempat pelatihan? Dan mengapa mereka menolak fasilitas yang telah diberikan pemerintah?
Tentunya karena mereka merindukan kebebasan, kebebasan yang hanya dapat diperoleh ketika mereka hidup di jalanan. Tidak aturan yang mengikat.
Mungkin metode pendekatan yang dilakukan pemerintah kurang tepat. Jika program pelatihan ketrampilan tidak dapat mengurangi populasi anak jalanan, pemerintah seharusnya membuat program bagaimana anak jalanan dapat diberdayakan dan dididik dengan baik.
Seperti yang telah dilakukan lembaga sosial kemasyarakatan ataupun orang yang peduli terhadap nasib anak jalanan. Mereka tidak menjauhkan anak jalanan dari kehidupan di jalan, namun mereka memanfaatkan kehidupan di jalan untuk mendidik dan memberdayakan mereka. Sebagai contoh adalah mendirikan sekolah gratis di bawah jalan tol, mengajari mereka bermusik dan mengembangkan potensi diri.
Keras memang kehidupan di jalan, tak ada atap yang memayungi diri dari terik matahari dan derasnya hujan, tak ada kasur empuk tempat menghangatkan tubuh ketika tidur, belum lagi todongan preman kasar yang siap menguras isi kantong. Namun banyak juga dari mereka yang menikmati hidup di jalanan, jauh dari kemunafikan hidup, berpenampilan apa adanya, tanpa topeng pemalsu diri.
Saya sempat berpikir, mungkin hidup mereka lebih bahagia dari para pejabat tinggi, walaupun kemiskinan dan penderitaan terus menerus menerpa, namun mereka bersikap jujur, tidak lari dari kenyataan, tidak seperti pejabat yang kekayaannya menumpuk namun hatinya sempit, pintar memoles diri untuk menutupi kekurangan.
Dan ketahuilah, bahwa orang yang kaya itu dihisab paling akhir di hari perhitungan kelak, mereka bahagia di dunia namun belum tentu bahagia di akhirat.
0 comments:
Post a Comment