CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Saturday, October 10, 2009

Menikmati Skenario yang Allah Tulis untuk Kita

Piiiim.... piiiimm..... piiiiimm
Ku bunyikan klakson berkali-kali sebagai isyarat bahwa rombongan akan segera diberangkatkan.

Sekilas terlihat seperti rombongan pelayat, berangkat dari Masjid Gedhe Kauman menuju Turi, Sleman.

Motor beririt-iritan memenuhi jalan, dari jl. KHA. Dahlan hingga Jl. Palagan.
Wahai masyarakat Jogja, saksikanlah bahwa kami adalah alumni mu’allimin mu’allimaat. (haha, opo maksute?)

Kita masih bersatu hingga mencapai Turi, kemudian, perlahan-lahan, kesatuan tergoyahkan, beberapa orang tersasar, banyak bahkan. Hanya orang-orang yang beruntung yang bisa mencapai rumah Dhenis tanpa pencarian akan sebuah jalan kebenaran( hoho, Lebay)


Adzan Ashar berkumandang, persiapan untuk sholat.
Pukul 15.45 acara dimulai. Seperti biasa, kalau sudah berkumpul, maka kericuhan tak akan bisa dihindarkan. Seperti Pasar Ngasem pindah. Terlihat jelas kebahagian yang terancar dari raut wajah dan senyuman teman-teman.

This is the real event for IKMAMMM82.

Setelah acara selesai, aku tersadar bahwa ada sesuatu yang kurang. Yah, Aku hanya bisa menenangkan hati, ketika ku ketahui, bahwa kunci motorku tidak ada di tas maupun di jaketku. Aku yakin, mungkin terselip di antara kursi atau di rimbunnya pepohonan di depan rumah Dhenis

Aku masih tertawa bersama kalian, berfoto-foto, dan bersalam-salaman
Setelah ibadah maghrib, aku geledah berkali-kali tas dan jaketku, aku periksa dalam rumah dhenis, NIHIL.

setelah hampir setengah jam ku mencari dan tidak mendapatkan hasil, ku beranikan diri untuk menganggu kalian dengan sebuah pertanyaan, “apakah ada yang melihat kunci dengan gantungan coklat? Kunciku hilang”

Beberapa dari kalian turut membantu mencari, ada yang menggeledah tas dan jaketku, mencari di dalam rumah, dll.

Namun tetap saja tidak ketemu..
Akhirnya mb Sekar meminjamkan senter, aku mulai mencari di bawah pohon-pohon, tak juga ketemu.

Hari mulai gelap, satu persatu kalian pulang meninggalkanku.
Lely, “mif, maaf ya, aku duluan, ada acara koordinasi AMM Bantul untuk penggalangan dana gempa”
Dibie, “sayang, aku duluan ya! harus nganter Olif ke asrama”
Inung dan Santi, “ Miftah, Inung duluan ya!”
Adek Iqbal, “mb, ‘afwan ya, ana duluan”

Ya ya ya..aku tidak bisa mengganggu kesibukan kalian hanya karena ketelodaranku
Dan sekali lagi, aku masih menghantarkan kepulangan kalian dengan senyuman.

Satu persatu motor pergi, halaman mulai sepi, aku berkuasa untuk mencari kunci
Untuk kesekian kalinya, aku gagal menemukan kunci itu

Fitri yang ban motornya bocorpun akhirnya pulang, nebeng teman
Yang tersisa hanyalah, aku, Ihsan, Latif, Sirhi, Ari, Huda dan Putri.. hening sepi, namun aku merasakan getaran aneh dalam hati.

Otak nakalku mulai bekerja, dulu aku pernah menjebol kunci dengan pisau, kemudian aku meminjam pisau, mungkin kali ini pun aku bisa menjebol kunci motorku dengan pisau itu

Oh, tidak, sebelum ku berhasil menjebolnya, Mb Sekar tidak sengaja me-lock kunci itu,,, yah,,, ku tidak tahu harus berbuat apa lagi

Kata ihsan, “miftah cari miftah”

Huft, namaku Miftah, tapi kenapa sering sekali ku bermasalah dengan yang namanya kunci, sampe terbesit di pikiran, mungkin lebih baik aku ganti nama saja (pikiran bodoh).

Walau kebingungan melanda, aku masih tersenyum, yakin akan kemudahan dari Allah
Setelah itu keputusan pun datang, sebelum larut malam, Dhenis dengan baik hati meminjamkan motornya untukku pulang, alhamdulillah, nanti sampe rumah, akan ku ambil kunci cadangan, kemudian besok akan ku ambil motor itu.

Akhirnya pulang juga aku, masih dengan senyum di bibir...

ketika sampai di pertigaan MTS Pakem, Ihsan berkata, “lurus aja nanti nyampe jogja”

yah, setelah itu, Huda dan Putri pulang mendahului. Aku ada di depan sendiri, disusul ari dan Sirhi kemudian yang terakhir adalah Latif.... ngapunten nggih Tif, kamu harus mengawal kepulangan para perempuan ini.
kami bermotor hanya dengan kecepatan 40an km/jam, menikmati malam dan dinginnya Turi namun diselimuti dengan hangat suasana persaudaraan. Persaudaraan dan ...................
Hah, aku was was juga, bersiap untuk dimarahi orang tua ketika sampe rumah...
Alhamdulillah, selamat sampe rumah

Pagi harinya Dibie menelpon, bercerita tentang sesuatu, aku pun mendengarkannya seperti biasa, yah, di tengah-tengah telpon, dengan datarnya dia bekata, “mif, kayaknya kuncimu ga sengaja dimasukin moly ke tasku, yang ada gantungan coklatnya kan? Dari kulit?”

What? Allahu Akbar.. kok bisa.... klieng klieng
“ maaf mif, aku ga sempat nengok tasku”. Kata Dibie
Hahaha... opo iki? Astaghfirullah
Padahal malemnya, moly chat denganku, ku bilang, “mol, kunciku positif hilang”
Kemudian dia menentramkan hatiku, “sik sabar yo mif, mugo cepet ketemu”
Hwaaaaa... gubrak... kok iso?

Aneh banget kejadian ini, aku hanya bisa tertawa lepas, bingung bagaimana cara mengekspresikannya, aku tak bisa menyalahkan siapapun, karena keadaan waktu itu memang semrawut,,,, moly yang tidak tahu bahwa itu adalah kunciku menaruhnya di dekat tas Dibie, dan mungkin secara tidak sengaja, kunciku dimasukin salah seorang teman ke tas Dibie, saat aku dan moly menjemput Dita.
Hahaha... lucu lucu

Ketika aku mengambil motor ke rumah Dhenis pun, keluarganya masih menyambutku dengan hangat, belum juga turun dari motor, bapaknya Dhenis sudah mengulurkan tangan mengajak salaman (mungkin aku dikira Dhenis apa ya? hehe). Setelah itu, motorku dibawa keluar ma bapaknya Dhenis, dipanasin, sedang mb Sekar menyuruhku masuk, membuatkanku teh hangat. Subhanallah.

Dari rumah Dhenis langsung menuju ke kampus, masih senyam senyum sendiri seperti orang gila, merangkai kembali peristiwa demi peristiwa.
Yah, yakfi hatta huna

Semua itu skenario Allah,,, dan aku menikmati semua ini... asykuruka ya Allah, Terima kasih kawan, walau tak kalian rencanakan, namun telah Allah gariskan, kalian telah berkolaborasi secara apik untuk membuat peristiwa itu bagitu berkesan di hatiku.


Selengkapnya...

Tuesday, August 4, 2009

Dimensi Lain dalam Isra' Mi'raj

“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S Al-Isra-1)


Sejarah Islam mencatat peristiwa unik dan sulit dicerna akal, isra’ dan mi’raj. Secara istilah isra’ berarti berjalan di waktu malam, sedangkan mi’raj adalah alat(tangga) untuk naik. Isra’ mempunyai pengertian perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa Palestina. Mi’raj adalah kelanjutan perjanalan Nabi Muhammad SAW dari masjidil Aqsa ke langit sampai sidratul muntaha.Kenapa harus malam hari?
Pemilihan malam bukan siang terkait dengan struktur ruang dan waktu.

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (Q.S Al-Ma’arij:4)

Jika mi’raj dari masjidil Aqsa dilakukan dari jam 8 malam hingga jam 4 pagi, dengan kecepatan seperti di atas maka Nabi Muhammad SAW bersama Jibril menempuh jarak 825.000.000 km dari bumi. Perjalanan ini baru melampaui planet Saturnus, tetapi belum sampai Uranus apalagi Neptunus. Perhitungan ini terjadi ketika kita menganggap bahwa ruang dan waktu bersifat absolut, tidak saling mempengaruhi.
Namun anggapan ruang dan waktu bersifat absolut dalam peristiwa isra’ mi’raj ini memiliki beberapa kelemahan yaitu:

1. Malaikat tercipta dari Nur(cahaya), kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Bukan hanya malaikat yang tercipta dari cahaya namun juga ruh. Menurut teori relativitas khusus, hanya materi tak bermassa yang bisa bergerak dengan kecepatan cahaya. Jika menggunakan teori ini maka yang melakukan isra’ mi’raj hanya ruh Nabi Muhammad SAW saja, padahal pada kenyataannya fisik Nabi Muhammad SAW juga ikut isra’ mi’raj.

2. Perjalanan dengan kecepatan cahaya atau di bawahnya hanya mampu mencapai jarak terjauh planet Neptunus. Jadi jangankan mencapai bintang terdekat, yakni Alpha Centaury yang memerlukan waktu 4,4 tahun jika menggunakan kecepatan cahaya, keluar dari sistem tata surya sendiri pun belum. Sehingga amat mustahil Rosul dapat mencapai Sidratul Muntaha.

3. Andai Rosul benar-benar bergerak dengan kecepatan cahaya, maka tubuh Rosul akan meledak, sesuai dengan hasil relativitas khusus. Terdapat pola hubungan psikologis dan biologis selama perjalanan dengan kecepatan tinggi tersebut. Dengan demikian teori relativitas khusus tidak memadai untuk menjelaskan peristiwa isra’ mi’raj.

Alternatifnya,mi’raj dipandang sebagai perjalan keluar dari dimensi ruang dan waktu kita. Di dalam model jagat raya yang secara umum diketahui, ternyata masih terdapat ruang ekstra di luar jagat raya. Jika ruang antar bintang maupun antar galaksi dipandang sebagai langit material, maka langit immaterial adalah langit yang berada di ruang ekstra. Karena ruang ekstra berada di luar ruang material, maka hukum ruang dan waktu yang kita kenal tidak berlaku disana, sehingga perjalan isra’ mi’raj melalui beberapa lapis berlangsung dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Itulah dimensi lain yang tidak kita ketahui dan belum disentuh oleh ilmu pengetahuan. Allahu Akbar dengan segala kebesarannya.
Selengkapnya...

Thursday, July 16, 2009

INILAH AKU

“aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan logika, aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin lika-liku kehidupan yang ujung nya tak dapat disangka, aku ingin hidup yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. aku ingin hidup! merasakan sari pati hidup""(edensor)

Walau diriku harus terluka, tertusuk duri-duri tumbuhan liar yang tumbuh di gunung petualangan itu
Tak ku hiraukan darah yang mengalir menelusuri kulitku, hingga merah seluruh bajuku
Ketika tubuh ini letih, tak kuat untuk kembali berjalan
Aku sandarkan tubuhku pada pepohonan Hutan penggembaraan itu
Daunnya yang lebat rindangiku dari terik matahari, buahnya yang lezat menambahiku energi

Ketika malam datang
Tak tahu arah, aku melihat bintang-bintang di angkasa raya sana
Gugusannya terangi langkahku, tunjuki kemana tujuanku

Kadang aku takut
Karena binatang-binatang buas kehidupan siap menerkamku
Aaarrrghh, aku ingin berteriak minta tolong
Tapi tak ada yang mendengarku
Nyawa ku serahkan pada Rabb Sang Penguasa Kehidupan

Langkahku pun sering terhenti
Futur, sejenak membayangkan teman-teman di daratan kebahagiaan
Yang sedang menikmati hidupnya
Bersendau gurau, bersuka cita
Ingin aku turun, kembali bergabung dengan mereka
Tapi..ah, tidak, kuurungkan niatku, ku bulatkan tekadku

Satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun telah berlalu
Badanku telah kurus kering, bajuku sobek-sobek, tubuhku penuh memar dan luka
tapi, aku telah berhasil mencapai puncak tantangan itu
aku bahagia, bisa mengenal mereka
teman-teman di hutan penggembaraan yang menemani setiap langkahku
bintang-bintang di angkasa raya yang terangi jalanku

fajar menyingsing
Di puncak itu, aku berteriak pada dunia

Heiiiiiii!!! Kalian!
Lihatlah aku dengan segala ke-aku-anku

jangan lihat bajuku yang sobek-sobek, jangan lihat penampilanku yang kumal usam
ya memang beginilah aku, tapi aku bangga dengan jerih payahku,
walau kadang ku menangis ketika tertusuk duri, berteriak karena takut dimangsa, namun syukur tetap ku panjatkan kepada Sang Penguasa Kehidupan, terima kasih Kau telah memberiku kesempatan dan kekuatan, untuk menikmati keindahan alam, dari puncak tantangan itu






Selengkapnya...

Pemimpinku, Dengarkanlah Jeritan Rakyatmu!!!


Kepadamu, wahai pemimpinku
Kusampaikan salam hormatku, atas segala perjuanganmu
Sebuah penghormatan yang mungkin seharusnya tak kulakukan
Karena aku bingung dengan tingkah lakumu

Kenapa kau tinggal di istana yang megah, tidur di atas kasur yang empuk, berselimutkan kehangatan?
Sedangkan rakyatmu...Tinggal di kolong jembatan, beralaskan aspal dan kedinginan karena hujan

Kenapa kau menaiki mobil yang mewah, bersepatu hitam mengkilat, dan berbaju raja
Sedangkan rakyatmu...
Berjalan di antara tai kuda, bersandal selen, dan bajunya pun compang-camping

Kenapa kau jual kekayaan negeri ini kepada orang-orang asing yang tak berperikemanusiaan?
Mereka paksa rakyat untuk bekerja keras dengan upah sedikit
Sedangkan mereka..
hidup bahagia dari alam kita
Padahal itu hutan kita, itu tambang kita, itu tanah kita, itu laut kita, milik rakyat Indonesia

Inikah Indonesiaku yang katanya sudah merdeka?

Sekilas kulihat perutmu buncit, entah karena kebanyakan makan atau kena penyakit cacingan
Tapi saudaraku di timur sana, terkena busung lapar, tulangnya kelihatan menyembul, tak ad
a daging yang melapisinya, mereka menangis kelaparan

Dengarkanlah jeritan mereka pemimpinku!!!

Dulu aku memang tak faham tentang kebijakan ekonomi dan politik negara, aku percaya pada kalian yang berada di kursi pemerintahan
Namun kini aku tambah tak faham, katanya pendapatan per kapita naik, katanya kemiskinan turun, katanya pengangguran berkurang, kata siapa? Kata survey? Survey yang mana?

Wahai pemimpinku!!!
Maafkan aku telah berkata lancang tentangmu
aku tahu
mereka memilihmu bukan agar kau bertambah kaya, tapi agar kita rakyat Indonesia hidup sejahtera
ku harap, kau tepati janjimu, pada rakyatmu




Selengkapnya...

Friday, July 3, 2009

Makna yang Tersirat

Siapa yang dulu sewaktu kecil sering dinyanyikan oleh orang tuanya?

“ dondong opo salak
Duku cilik-cilik
Ngandong opo mbecak
Mlaku timik-timik”



Yah, aku sendiri sering dinyanyikan lagu itu oleh orang tuaku, bulekku dan budheku. Lagu yang mengiringiku ketika menaiki andong kakekku, ketika membeli dondong manis di Pamella, dan ketika makan salak.

Dulu aku tak faham apa maksud sebenarnya dari lagu bocah itu, baru akhir-akhir ini aku memahaminya, ternyata ada makna tersirat yang terkandung dalam lagu itu.

“dondong opo salak, duku cilik-cilik”

Dondong (kedondong) adalah buah yang kulit luarnya halus, namun daging buahnya kecut, isinya besar-besar dan berserabut. Buah ini menggambarkan seseorang yang hanya bagus penampilannya luarnya, sedang hatinya buruk, banyak memendam rasa iri, dengki, dan penyakit-penyakit hati lainnya.

Salak, adalah buah yang kulitnya keras, bahkan sering tangan orang terluka ketika mengupasnya. Namun, isinya manis,banyak orang yang suka memakannya. Buah ini menggambarkan orang yang buruk penampilan luarnya, namun hatinya begitu bersih dan suci.

Duku, adalah buah yang kulitnya halus, isinya pun enak dimakan. Buah ini menggambarkan seseorang yang memiliki kepribadian unggul, hendaknya kita seperti buah duku, bagus dari segi penampilan dan hatinya.

"Ngandong opo mbecak, mlaku timik-timik"
Ngandong, adalah menaiki sebuah kendaraan bernama Andong yang menggunakan kuda sebagai tenaganya. Sedang mbecak adalah menaiki kendaraan bernama becak yang menggunakan manusia sebagai tenaganya. Orang zaman dulu ternyata sama-sama menghargai tenaga hewan dan manusia. Ongkos Andong untuk membelikan makanan kepada kuda dan kusirnya, ongkos mbecak untuk hidup pak becak. Tidak ada unsur menganiaya hewan atau manusia, sesama makhluk Allah harus saling mencintai.

Mlaku timik-timik, berarti berjalan kaki, hal ini menggambarkan usaha orang zaman dahulu yang begitu keras, mampu berjalan berkilo-kilo, naik turun gunung untuk menghidupi keluarga. Subhanallah.

Zaman sekarang, di saat sarana transportasi telah memadai, orang semakin manja, ada hujan takut, ada panas menghindar, hanya mengurung diri di dalam rumah, atau menikmati AC mobil yang sejuk. Tidak dapat merasakan perjuangan dan penderitaan orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan.


Selengkapnya...

JIN

" Sesungguhnya jin dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (Al Quran, surat Al A'raf : 27)

Makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan yang berarti istitar (tersembunyi). Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan setan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan. Iblis adalah gembongnya setan.


Apakah Jin itu?
Jin dinamakan jin karena wujudnya yang tersembunyi dari pandangan mata manusia. Firman Allah, "Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka."(QS. Al A'raf 27).

Kalau pun ada manusia yang dapat melihat jin, jin yang dilihatnya itu adalah yang sedang menjelma dalam wujud makhkuk yang dapat dilihat mata manusia biasa. Dalam sebuah hadis, Nabi SAW bersabda, "Setan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena adanya doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia."(HR Al Bukhari).
Asal kejadian Jin

Kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas. Allah berfirman, "Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (QS. Al Hijr: 27). "Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (QS. Ar Rahman : 15).

Rasulullah bersabda, "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan (diceritakan) kepada kamu [yaitu dari air sperma dan ovum]." (HR Muslim dari Aisyah di dalam kitab Az- Zuhd dan Ahmad di dalam Al Musnad).

Bagaimana wujud api yang merupakan asal kejadian jin, Al Quran tidak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kita untuk meneliti-nya secara detail. Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhak berpendapat bahwa yang dimaksud "api yang sangat panas" (nar al-samum) atau "nyala api" (nar) dalam firman Allah di atas ialah "api murni". Ibnu Abbas pernah pula mengartikannya "bara api", seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir.




Mengubah bentuk

Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri. Salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya jin kafir (setan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama, ketika kaum Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi SAW di Makkah. Kedua, dalam Perang Badr pada tahun kedua Hijriah, seperti diungkapkan Allah di dalam surat Al Anfal: 48.
Apakah jin juga mati?

Jin beranakpinakdan berkembang biak. Allah memperingatkan manusia agar tidak terkecoh menjadikan iblis (yang berasal dari golongan jin) dan keturunan-keturunannya sebagai pemimpin sebab mereka telah mendurhakai perintah Allah (QS. Al Kahfi: 50).

Banyak orang menganggap bahwa jin bisa hidup terus dan tidak pernah mati, namun sebenarnya ada hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi SAW berdoa: "Anta al-hayyu alladzi la yamutu, wa al-jinnu wa al-insu yamutuna - Ya Allah, Engkau hidup tidak mati, sedangkan jin dan manusia mati." (Bukhari: 7383, Muslim : 717)

Setan selalu mendampingi manusia

Sudah menjadi komitmen setan akan senantiasa menggoda manusia agar durhaka kepada Allah. Oleh karena itu setan terus menerus mengincar manusia, setiap saat menyertai manusia sehingga setan itu disebut pula sebagai qarin bagi manusia, artinya "yang menyertai" manusia. Setiap manusia disertai setan yang selalu memperdayakannya, bahkan manusia dan qarin-nya akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Allah berfirman, artinya: "Yang menyertai dia (qarin-nya) berkata (pula): "Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya tetapi dialah yang berada dalam kesesatan yang jauh." (QS. Qaf: 27).

Jin (bahasa arab : جن ) secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi "tersembunyi" atau "tidak terlihat". Dalam Islam dan mitologi Arab pra-Islam, jin adalah salah satu ras mahluk yang tidak terlihat dan diciptakan dari api.


Jin dalam Mitologi Arab pra-Islam
Dalam anggapan orang-orang sebelum Islam datang, Jin dianggap sebagia makhluk keramat, yang harus disembah dan dihormati. Para orang pada masa tersebut menggambarkannya dalam bentuk patung sesembahan mereka.
Jin dalam Islam

“Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS Al-Hijr 15:27).

Dalam Islam, makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi).
Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan syetan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan.
Dinamakan jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari pandangan mata manusia. Itulah sebabnya jin dalam wujud aslinya tidak dapat dilihat mata manusia. Kalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
“Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian (hai manusia) dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (QS Al-A’raf 7:27).
Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas sesuai dengan ayat tersebut di atas.
Dalam ayat lain Allah mempertegas:

“Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api.” (QS Ar-Rahman 55:15). Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: Dari nyala api, ialah dari api murni.

Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas: Dari bara api. (Ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir). Dalilnya dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan(diceritakan) kepada kalian.” [yaitu dari air spermatozoa] (HR Muslim di dalam kitab Az-Zuhd dan Ahmad di dalam Al-Musnad).

Bagaimana wujud api itu, Al-Qur’an tak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kepada kita untuk menelitinya secara detail.

Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Syetan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku shalat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia.” (HR Bukhari).
Jin dapat mengubah Bentuk

Setiap makhluk diberi Allah kekhususan atau keistimewaan tersendiri, di mana salah satu kekhususan jin ialah dapat mengubah bentuk. Misalnya jin kafir (syetan) pernah menampakkan diri dalam wujud orang tua kepada kaum Quraisy sebanyak dua kali. Pertama, ketika suku Quraisy berkonspirasi untuk membunuh Nabi Muhammad SAW di Makkah. Kedua, dalam perang Badr pada tahun kedua Hijriah. (QS Al-Anfaal 8:48).
Jin dapat beranak-pinak

Jin beranak-pinak dan berkembang-biak (lihat surat Al-Kahfi, 18:50). Tentang apakah jin bisa meninggal atau tidak, ada pendapat bahwa jin hanya berkembang biak, tetapi tidak pernah meninggal. Benar atau tidak, wa Allahu a’lam. Namun menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi Muhammad SAW berdo’a: “Ya Allah, Engkau tidak mati, sedang jin dan manusia mati…” (HR Bukhari 7383 – Muslim 717).
Habitat para Jin
Walaupun banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamannya juga ada. Di antaranya sama-sama mendiami bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia itu di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia.

Tempat yang paling disenangi jin adalah WC. Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa waktu masuk WC yang artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (gangguan) setan (jin) laki-laki dan setan (jin) perempuan.” (HR At-Turmudzi).
Syetan suka berdiam di kubur dan di tempat sampah. Apa sebabnya, Al-Qur’an tidak menjelaskan secara rinci. Kuburan dijadikan sebagai tempat bermeditasi oleh tukang sihir (Paranormal).

Nabi Muhammad SAW melarang kita tidur menyerupai syetan. Syetan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang menarik perhatian syetan untuk mempermainkan auratnya dan menyebabkan timbulnya penyakit. Na’uzu billah min zaalik!
Qarin

Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai jin yang selalu memperdayakannya. Allah berfirman, artinya: “Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: ‘Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang jauh’…” (QS Qaaf 50:27).

Manusia dan syetan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits (HR Ahmad) Aisyah ra mengatakan:Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: “Apakah kamu telah didatangi syetanmu?” “Apakah syetan bersamaku?” Jawabku. “Ya, bahkan setiap manusia.” Kata Nabi Muhammad SAW. “Termasuk engkau juga?” Tanyaku lagi. “Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya.” Jawab Nabi (HR Ahmad).

Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad juga ternyata didampingi syetan. Hanya syetan itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia (QS Al-A’raf 7:27).

Tidak ada manusia yang bisa melihat jin, dan jika ada manusia yang mengklaim mampu melihat jin, maka orang tersebut sedang bermasalah. Bisa jadi dia mempunyai jin warisan atau pun jin hasil dia belajar. Kemampuan ini sebetulnya dalam Islam dilarang untuk dimiliki, dan termasuk dalam kategori bekerja sama dengan jin yang menyesatkan (QS Al-Jin 72:6).

Sesungguhnya, tidak ada cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan jin. Jangan meminta bantuan orang yang mempunyai ilmu terawang. Sebab kalau kita meminta bantuannya, kita berarti telah meminta bantuan dukun musyrik yang dalam Islam merupakan dosa besar, bahkan bisa mengeluarkan seseorang dari Islam.

sumber: Al-Qur'an, ISMUBA
Selengkapnya...

Monday, June 22, 2009

Terkena Penyakit GILA Nomer 19

Gila gila gila, aku merasa jadi orang gila, bahagianya jadi orang gila, bebas tersenyum, bebas menangis, bebas berteriak, bebas berbicara, bebas bertingkah laku dan bebas berpakaian apa adanya.. ya begitulah gila sebenarnya,, namun ternyata definisi gila itu banyak macamnya.

Menurut ilmu psikologi orang gila adalah orang yang sarafnya rusak, lupa pada diri sendiri dan orang lain, tidak mempunyai rasa malu, lupa kewajiban, dan tidak sadar apakah yang dilakukannya itu merupakan sebuah kesalahan ataupun kebenaran.
Namun, aku sering mendengar orang berkata, “ gila kau” atau “mungkin dia telah menjadi orang gila”, lalu gila seperti apakah yang dimaksud disitu?



Emm.. ada sebuah cerita,,
Dulu sewaktu aku tinggal di sekitar kampung Kauman, ada orang gila yang sering berteriak-teriak mengumpat orang Kristen di samping Masjid Gedhe Kauman, namun umpatannya amat berbobot menurutku, seperti umpatan orang yang belajar kristologi dan teologi. Wah, orang waras pun belum tentu bisa berpikir seperti itu.

Kemudian aku pernah mendengar MH. Ainun najib berkata, “kalian ni jangan sampai kalah dengan orang gila, ada orang gila yang hafal surat yasin, yang keluar dari mulutnya adalah cuplikan-cuplikan surat Yasin, terus kalau ada sekumpulan orang yang hendak sholat jama’ah sedangkan tak ada orang waras yang mampu untuk menjadi imam, apakah kita harus mengangkat orang gila untuk menjadi Imam?”
Gila,,apakah gila itu?

Dulu Galileo Galilelei yang menyatakan bahwa bumi itu bulat, bahwa bumi lah yang memutari matahari dianggap gila oleh gereja, kemudian dipenjara, padahal apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran.
Sewaktu Rosulullah pertama kali berdakwah pun beliau dianggap gila oleh kaumnya karena mengkhianati agama nenek moyang, padahal yang didakwahkannya adalah sebuah kebenaran.

Ternyata gila itu relatif.

Seseorang yang melakukan sesuatu di luar kebiasaan masyarakat dianggap gila, seseorang yang berpikir terhadap kemungkinan-kemungkinan kecil yang akan terjadi dianggap gila, seseorang yang menyatakan kebenaran dianggap gila, seseorang yang berkreasi pun bisa dianggap gila.

Dan entah kenapa, akhir-akhir ini aku merasa jadi orang gila versiku sendiri. Hatiku sangat sensitif, mudah sekali tertawa dan mudah sekali menangis, cara berpikirku pun berubah, lain dari biasanya. Apakah gerangan yang terjadi pada diriku sendiri, aku pun tak tahu. Yang ku tahu, semua itu terjadi karena bertumpuknya masalahku, yang ada dalam benakku hanya sebuah kalimat “aku harus bertahan”. Aku tak pernah mengalami suasana hati yang begitu rumit ini.

Apakah orang gila bisa mengatakan bahwa orang yang dilihatnya adalah orang gila pula?
Ah, aku sering melihat orang yang berbuat aneh, dalam hatiku aku berkata, “gila, bisa-bisanya dia berbuat........”.

Terngiang-ngiang lagu Sheila On 7
“ketidakwarasan padaku, selimut tebal hati rapuhku, aku mulai nyaman berbicara pada dinding kamar, aku tak kan senang saat sehatku datang.”

Yah, saat ku serasa menjadi orang gila, seolah-olah aku melihat diriku yang lain berkata

“Dasar! Miftah Bodoh, cewek lemah, dicoba gini aj ga kuat, ingat, al mu’minul qawiyyu khoirun wa ahabbu ilallahi minal mu’mini dho’ifi, mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mu’min yang lemah. Kamu ini kapan mau ningkat derajatnya kalau gini terus? Sial, kenapa aku harus mengenal orang sepertimu? Busuk, munafik, sombong, ga tahan banting, mati aja lah kamu, ga berguna....TANGiiiiiii!!! buka matamu Miftah, tegakkan kepalamu hadapi duniamu, perlama sujudmu, pasrah, rendahkan dirimu di depan Sang Pencipta.”



Suara itu, entah hendak mengejekku atau menasihatiku,
Yang ku tahu, biarlah aku mendengar suara-suara itu terus-menerus, birlah aku dikatakan gila, jika kegilaanku dapat membuatku mengingat Tuhanku, bila kegilaanku dapat mengurangi beban masalahku

Dan aku menamakan kegilaanku ini adalah penyakit gila nomor 19. Karena aku menderita penyakit ini di detik-detik menjelang usiaku yang beranjak 19 tahun.
Aku ingin menjadi keris mataram, ditempa beribu-ribu kali dengan besi pilihan, namun ia tetap bertahan, mungkin ia berteriak-teriak kesakitan ketika dipukul oleh empunya, ketika panas membakarnya, namun semua itu menjadikannya sebuah keris kuat lagi sakti. Penampilannya tak banyak berbeda dari keris lain, namun tempaan itu membuatnya gagah tak terkalahkan. Aku pun ingin berteriak, menangis sejadi-jadinya, aku berharap aku dapat bertahan, hingga suatu saat nanti aku akan menjadi orang kuat yang hebat. Amien.

Terima kasih Ya Allah, atas semua anugrah yang Kau berikan kepadaku, mungkin Kau ingin aku belajar, mungkin Kau ingin membuatku lebih dewasa, mungkin Kau ingin aku merasakan kasih sayangMu yang begitu besar. Dan ternyata, aku memang mencintaiMu ya Allah.


Selengkapnya...

Friday, May 8, 2009

Seni Jalanan

Teringat kisah Ikal dan Arai yang mengelilingi Eropa dengan uang hasil meminta di jalan, dalam buku Edensor karya Andrea Hirata. Mereka menggunakan kostum yang aneh untuk menyamarkan diri, ditambah dengan accesoris yang unik sebagai penarik perhatian. Tentunya mereka juga berkelakuan sesuai dengan peran yang mereka jalankan dan kostum yang mereka gunakan. Harus rela berdiri mematung selama ber jam-jam, menahan sakit ketika dicubit orang, dan tentunya harus siap menaggung malu. Ternyata meminta uang di jalan bukan sebuah pekerjaan yang rendah di Eropa, bahkan ada universitas yang secara khusus mengajarkan seni jalanan kepada para mahasiswanya.


Akhir-akhir ini saya melihat seni jalanan ala Indonesia. Yaitu dengan menggunakan kostum “jathilan” dan menari layaknya “jathilan” di tempat yang strategis, seperti di perempatan jalan Wonosari dan di bawah jalan layang Janti. Tidak hanya itu saja, mereka juga mengiringi tarian itu dengan musik dan gamelan yang khas. Walaupun hal ini mereka lakukan untuk meminta uang kepada pengguna jalan atas penampilan meraka, namun saya pikir hal ini harus mendapat perhatian yang serius dan perlu dikembangkan untuk melestarikan budaya. Sehingga kualitas seni jalanan Indonesia menjadi lebih bermutu dan bernilai tinggi.
Hingga detik ini, tidak banyak orang yang meminta di jalan dengan memperhatikan nilai seni dan budaya, sebagian besar dari mereka hanya bernyanyi ala kadarnya bahkan hanya dengan menengadahkan tangan. Walaupan ada juga yang bernyanyi dan bermain musik dengan hebatnya, sehingga kita sering menyebut mereka dengan istilah musisi jalanan. Menurut saya mereka tidak jauh berbeda dengan musisi kelas atas yang bernyanyi di atas panggung, sama-sama menjual suara dan ketrampilan bernyanyi. Jika suaranya bagus dan memiliki ketrampilan bernyanyi yang tinggi maka akan memperoleh banyak penghasilan, jika tidak maka hanya akan ditidakacuhkan.
Sepertinya jiwa peseni jalanan harus segera dibangkitkan kembali. Tentunya tidak terbatas pada seni suara dan musik, namun juga seni tari, sulap dan lain sebagainya. Topeng monyet dan ludruk itupun termasuk salah dua diantaranya. Jika hal ini dapat terwujudkan, insyaallah akan membuat jalanan menjadi lebih berwarna. Dan mungkin juga hal ini dapat menjadi sebuah hiburan bagi para pengguna jalan hingga mereka bisa menikmati perjalanan , mengurangi stress dan resiko kecelakaan.

Selengkapnya...

NASIB MEREKA

Banyak yang menganggap remeh orang yang mencari uang di jalanan. Posisi mereka direndahkan, dianggap perusak pemandangan dan pengganggu pengguna jalan. Bahkan kadang kita hanya memandang mereka sebelah mata ketika mereka menyodorkan topi untuk meminta sekeping koin dari saku kita. Dan cukup dengan ayunan tangan pertanda sebuah penolakan mereka akan segera pergi dari hadapan kita.
Memang benar kata pemerhati sosial,memberi uang kepada anak jalanan tidak baik untuk pendidikan dan hanya akan membuat mereka malas untuk bekerja. Pemerintah telah berusaha mengurangi ledakan anak jalanan dengan memberikan ketrampilan agar mereka dapat berwirausaha. Namun mengapa kebanyakan mereka lari ketika satgas mendatangi mereka untuk dibawa ketempat pelatihan? Dan mengapa mereka menolak fasilitas yang telah diberikan pemerintah?



Tentunya karena mereka merindukan kebebasan, kebebasan yang hanya dapat diperoleh ketika mereka hidup di jalanan. Tidak aturan yang mengikat.
Mungkin metode pendekatan yang dilakukan pemerintah kurang tepat. Jika program pelatihan ketrampilan tidak dapat mengurangi populasi anak jalanan, pemerintah seharusnya membuat program bagaimana anak jalanan dapat diberdayakan dan dididik dengan baik.
Seperti yang telah dilakukan lembaga sosial kemasyarakatan ataupun orang yang peduli terhadap nasib anak jalanan. Mereka tidak menjauhkan anak jalanan dari kehidupan di jalan, namun mereka memanfaatkan kehidupan di jalan untuk mendidik dan memberdayakan mereka. Sebagai contoh adalah mendirikan sekolah gratis di bawah jalan tol, mengajari mereka bermusik dan mengembangkan potensi diri.
Keras memang kehidupan di jalan, tak ada atap yang memayungi diri dari terik matahari dan derasnya hujan, tak ada kasur empuk tempat menghangatkan tubuh ketika tidur, belum lagi todongan preman kasar yang siap menguras isi kantong. Namun banyak juga dari mereka yang menikmati hidup di jalanan, jauh dari kemunafikan hidup, berpenampilan apa adanya, tanpa topeng pemalsu diri.
Saya sempat berpikir, mungkin hidup mereka lebih bahagia dari para pejabat tinggi, walaupun kemiskinan dan penderitaan terus menerus menerpa, namun mereka bersikap jujur, tidak lari dari kenyataan, tidak seperti pejabat yang kekayaannya menumpuk namun hatinya sempit, pintar memoles diri untuk menutupi kekurangan.
Dan ketahuilah, bahwa orang yang kaya itu dihisab paling akhir di hari perhitungan kelak, mereka bahagia di dunia namun belum tentu bahagia di akhirat.

Selengkapnya...

Thursday, May 7, 2009

Apakah Aku Terlalu Rakus dalam Menerima Amanah?

Selasa, 5 Mei 2009
Kuliah berakhir pada pukul 17.30, setelah sholat maghrib aku langsung menuju ke komsat IMM UGM, guna menyelesaikan LPJ musykom. Aku tahu, aku tak boleh pulang larut malam, jadi aku bergegas untuk pulang ketika jam menunjukkan pukul 19.30.
Perasaanku tidak enak, aku pamit kepada Febri, Auriza dan Mb Kitti dengan meminta maaf atas segala kesalahan yang telah kuperbuat, kalau-kalau aku mati di tengah jalan. Dan ternyata..

DUERRR...BRUUUK

Aaaaaaagggghhhh, aku disudruk motor, alias tertabrak,
Tapi alhamdulillah masih bisa bangun sendiri. Sebenarnya orang yang menabrakku mau memperbaiki kerusakan motorku di bengkel, tapi sudahlah, terburu malam, lebih baik aku pulang dan memperbaiki kerusakan motorku esok hari. Nekat aku ini, berani menaiki motor yang poroknya bengkok, yah, aku berjalan dengan motor yang oyag ayig amat pelan. Alhamdulillah selamat sampai rumah. Setelah lapor pada ortu, sholat dan mandi sensasi rasa sakitnya mulai kurasakan, hantaman keras tadi menyadarkanku akan suatu hal, dan aku mereview kegiatanku beberapa hari ini.


Jum’at , 1 Mei 2009

Aktifitasku dimulai dari kuliah, kemudian menyebar dan menempel poster seminar AJAX yang diadakan OMAH TI di UNY dan UIN bersama Icha. Huft, panas-panas menjelang jum’atan jalan bolak-balik muter UIN, belum lagi di FT UNY, seperti masuk kandang macan, harus menanggung malu karena dominasi kaum Adam, di FT UGM saja kaum hawa tidak begitu terasingkan.

Setelah berpanas-panas ria aku menuju ke GSP, menengok stand IMM UGM untuk MABA, alhamdulillah bertemu dengan anak Mu’allimaat yang keterima di UGM.

Kemudian langsung menuju ke jl Wonosari, takziyah ke tempat Pak Harwanto Dahlan bersama Dibie, dek Iqbal, mas Iip, Mas Zalik dan Dek Ima. Subhanallah, hebat Pak Harwanto Dahlan itu, pelayatnya banyak sekali, mulai dari politikus, ilmuwan, mahasiswa, aktifis, masyarakat kelas bawah sampai musisi sekelas Letto pun mengucapkan bela sungkawa melewati karangan bunga. Jarang ku temukan public figure yang bisa merangkul semua kalangan.
Sepulang dari takziyah, aku, Inung dan Dibie menuju rumahku, kami makan bersama dalam satu piring, nostalgia masa lalu. Setelah mereka pulang aku harus beres-beres rumah dan menyiapkan diri untuk RaKer IMM UGM yang kebetulan bertempat di rumahku.
Acara RaKer dimulai pukul 20.30. yah seperti RaKer pada umumnya, tidak ada yang begitu berkesan bagiku. Namun aku tetap senang karena bisa menjadi tuan rumah, bangga rasanya, rumahku turut mengukir sejarah perkembangan IMM UGM periode 2009/2010, dan tentunya hawa keintelektualitasan mereka dapat mengubah atmosphere rumahku.

Sabtu, 2 Mei 2009

Raker ini baru selesai pukul 02.00 dini hari, immawati langsung masuk ke kamar untuk bersiap tidur, sedangkan para immawan tergeletak di ruang tamu alias tempat raker. Terkecuali aku, Mb Kitti, Auladi, Auriza dan Bustan, kami menuju ke Musholla, aku dan Auladi mengerjakan tugas kalkulus, Auriza dan Mb Kitti disibukkan dengan laptop, sedangkan Bustan membaca komik.

Pukul 02.30 Bustan sudah terlelap di musholla, 15 menit kemudian disusul Mb Kitti yang masuk kamar. Musholla berukuran 4 x 3 tersebut tinggal 3 makhluk yang terbelalak matanya, aku melihat ke samping musholla ada ruang tamu tempat para immawan tidur, dan ke depan musholla ada kamar tempat immawati tidur.
Jeglek...Astagfirullah, aku baru sadar bahwa aku cewek seorang diri, oh TIDAAAK! Aku harus segera masuk kamar.
Jegrek..jegrek,
aku mencoba membuka pintu kamarku. Astaghfirullah, ternyata tak bisa dibuka, entah terkunci atau apa. Aneh, aku tidak bisa masuk pintu kamarku sendiri.
Hiks hiks, akhirnya aku meneruskan mengerjakan kalkulus bersama Auladi. Jika yang sebelumnya didengarkan adalah lagu Sheila on 7 guna mengusir kantuk, maka sekarang yang didengarkan adalah murattal al-Qur’an guna menjaga hati kami dan mengusir syeitan.

Auriza mulai menghempaskan diri bersama para immawan yang lain di ruang tamu,kini hanya tersisa aku dan Auladi yang masih terjaga, kami pun tetap menyibukkan diri dengan soal-soal kalkukus. Dalam hati aku berharap agar adzan subuh segera berkumandang, untuk memecah keheningan pagi.
Begitu Adzan terdengar, aku langsung membangunkan para immawati melewati jendela. Alhamdulillah suasana rumahku kembali ramai. Kami pun sholat subuh berjama’ah di ruang tamu. Seusai sholat subuh para immawan bersiap diri untuk pulang, sedangkan immawati mencuci piring dan gelas di dapur.
Setelah pamit dan mengucapkan terimakasih kepad ortuku mereka pulang, kecuali mas Ghif, Auladi, Auriza, Bustan dan Molly. Kami pun memanggil Erwan, alumni Mu’allimin yang rumahnya dekat rumahku. Akhirnya reunian deh, kumpul IKMAMMM82 ditambah mas Ghif yang alumni Gontor.

Suasana langsung berubah, canda tawa membahana, senyum menghiasi wajah kami. Ibuku membuatkan kopi dan membelikan kukis untuk mereka. Kemudian aku membantu ibuku untuk menyiapkan sarapan. Setelah persiapan selesai , aku memanggil mereka untuk masuk dan sarapan bersama. Namun setelah mereka masuk mereka tidak mau mengambil makan, tidak enak hati ku kira. Akhirnya aku dan Molly meladeni mereka mengambilkan nasi dan lauk..wahh, aku benar-benar memanjakan mereka, alhamdulillah di antara kami tidak ada perasaan apa-apa, jadi sudah terbebas dari virus cinta. Aku menyayangi mereka layaknya aku menyayangi teman cewekku, kami berkumpul layaknya saudara.

Pukul 08.00 mereka pulang kecuali Molly, aku segera mandi dan beras-beres rumah. Setelah kepulangan mereka kantuk dan lelah benar-benar ku rasakan, ingin sekali rasanya aku tidur, namun tak bisa karena harus menemani Molly ke Fak Pertanian. Sampai di Fak Pertanian mataku lengket, aku terkantuk-kantuk di kursi sembari menunggu Molly.

Pukul 12.00 aku harus menuju ke tempat Dibie, karena kami akan mengikuti aksi pelajar dalam Hardiknas yang diadakan oleh PW IPM DIY. Kami berkumpul di Mu’allimin, seharusnya aksi ini diikuti dengan berjalan kaki sepanjang 2-3 km dari Mu’allimin menuju kantor pos, tapi aku tahu, aku tak akan sanggup, melihat keadaan teman-temanku yang dihantui kelelahan, Molly tidak jadi ke Bantul mengikuti raker PD IPM karena capek, Auladi yang tertidur di Stand IMM UGM karena capek juga.
Akhirnya aku mengikuti aksi tersebut dengan menaiki motor. Niat hati tidak akan mengikuti aksi sampai selesai, namun setelah mendengar para orator berorasi dengan hebatnya, aku jadi mengurungkan diri untuk pulang, terbius kobaran semangat mereka.
Setelah aksi selesai aku langsung pulang, tidak mampir ke Mu’allimin dulu, setibaku di rumah

1
2
3
Bruuk
Aku pun telepar, lemes banget rasanya, sholat ashar masih sadar, namun ketika sholat maghrib dan isya’ kesadaranku kian melemah, langsung tergeletak di atas kasur, tidak bisa membantu teman-temanku di kampung untuk mengurusi pengajian anak-anak.

Ahad, 3 Mei 2009

Aku teringat akan kajian IMM, CSS UGM dan raker PC IPM BU, mata sudah bisa terbuka namun badan sulit untuk digerakkan. Harus dipaksakan, paksakan badanku untuk bergerak. Alhamdulillah dengan pengumpulan tenaga kembali aku berhasil mengikuti raker PC IPM BU sebagai prioritas dan meninggalkan kajian CSS serta IMM.
Di tengah-tengah raker, aku mendapatkan sms yang berisi undangan untuk kumpul IKMAMMM di Mu’allimin sore nanti. Astaghfirullah, aku harus paksakan badan sekali lagi. Aku mengajak Dibie, Molly dan dek Iqbak untuk kumpul IKMAMMM. Ah..ternyata Dibie pun terkapar di kamarnya, dek Iqbal pun tidak bisa karena ada acara, dan Molly..??? huft, ternyata teman-teman seperjuanganku sedang mencapai titik puncak kelelahan, aku pun merasa seperti itu.
Seusai raker aku kembali ke rumah sebentar untuk istirahat, dan setelah sholat Ashar langsung menuju ke Mu’allimin. Aku baru menginjakkan kakiku di rumah kembali pukul 20.00.

Senin, 4 Mei 2009

Kelelahan fisik sudah tidak begitu ku rasakan, namun kelelahan pikiran masih menggelayuti diriku. Untuk refreshing aku dan Dibie mengikuti kajian kristologi di PP Budi Mulia, dan baru tiba di rumah pukul 22.15

*****

Yupz, aku tersadar kembali. Kecelakaan itu membuatku harus mengubah jalan hidupku. Sebuah kalimat yang sering dilontarkan bapakku ketika aku berpamitan untuk mengikuti kegiatan di luar kuliah

“oalah diiiik, dik, kapan lemu arep leren ki? Mesakke awakmu kui lho”

Yah, aku faham, aku harus melepas salah satu amanat yang ada di pundakku. Aku harus ingat bahwa amanat terbesarku sekarang adalah kuliah, karena aku kuliah dibiayai negara yaitu Departemen Agama, jadi hasilnya harus ku pertanggungjawabkan pada negara.

Namun sulit juga untuk memutuskannya, karena aku merasakan suasana persahabatan, persaudaraan dan perjuangan yang kental ketika berada di tengah-tengah mereka, bukan material semata yang kucari, namun kenyamanan spiritual. Lalu apakah aku harus bertahan dengan kondisi seperti inihuhy? Ataukah harus meninggalkan amanat yang telah kupegang?



Selengkapnya...

Tuesday, April 14, 2009

BERKIBARLAH BENDERA IPM-KU



Ahad, 12 April 2009, ada sebuah moment berharga untukku, yaitu Pelantikan PC IPM Banguntapan Utara. Pelantikan yang aneh menurutku, karena yang namanya pelantikan tu ya yang ngurus pengurus lama, namun entah kenapa pelantikan kali ini yang ngurus pengurus baru. Jadi kami mengadakan acara untuk melantik diri kami sendiri(hahaha, lucu lucu)..

Terlepas dari semua itu, aku kembali menikmati perjuanganku. Hanya untuk melihat bendera IPM berkibar dengan gagahnya saat pelantikan, aku relakan diriku mengambil bendera IPM di kota Bantul, malam minggu pukul 7.

Bukan untuk pamer ataupun riya’. Aku hanya merindukan suasana itu, suasana haru dan bangga akan perjuangan yang ku rasakan bersama teman-teman di Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah tercinta.

Akhirnya, bendara yang berlambang “putelot bujel” itu pun dapat berkibar dengan gagah di depan Aula Al-Muthi’in, sebuah tempat yang dulu merupakan tempat bermainku bersama saudara-saudaraku, dan kini dirombak menjadi sebuah aula milik yayasan Al-Muthi’in. Sekali lagi aku merasakan sebuah keanehan. Yayasan itu berdiri di atas tanah wakaf saudara-saudaraku, ketua yayasannya adalah pakdheku sendiri, yayasan terbesar kedua di Jogja, yang diketuai seorang ketua PC Muhammadiyah Banguntapan. Namun...yang didirikan adalah TKIT dan SDIT, disamping ada TPA dan kejar paket juga sih... hmm, bukannya aku membenci nama IT, hanya saja aku merasa kehilangan spirit of Muhammadiyah jika berurusan dengan nama IT,,dan karena yayasan diurus oleh orang Muhammadiyah, maka mereka memberanikan diri untuk meminta bantuan dana ke PP Muhammadiyah dan yang diutus adalah mahasiswa UAD yang sedang KKN di kampungku.

Dan tahukah kalian apa yang terjadi???

Yaah, jelas ditolak tho yoh..walaupun memintanya dengan jas orange khas UAD, pin IMM di dada, slayer Muhammadiyah di kepala dan segala tetek bengeknya. Secara lembaga pendidikan milik Muhammadiyah aja banyak yang kekurangan dana,,ehhh..ini kok IT berani-beraninya minta. Hehehe, tapi ya ga tahu kenapa, dana untuk membangun yayasan itu selalu adaa aja, mungkin yang berniat mendirikannya adalah orang yang bertaqwa, sehingga firman Allah “ma man yattaqiillaha yarzuqhu min haitsu laa yahtasib” pun berbicara.hahaha

Nah, oleh karena itu, bangga rasanya melihat bendera IPM bisa nampang di kawasan SDIT dan TKIT. Sekaligus memuhammadiyahkan kembali kampungku.(weh, lha kok fanatisme organisasi?)..emm, mungkin lebih tepatnya menjadikan warga kampungku menjadi pengikut nabi Muhammad SAW.(hehe, bedane opo?)

Selengkapnya...

Monday, April 6, 2009

Metode Dakwah

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
“Yassiruu walaa tu’assiruu, Basysyiruu walaa tunaafiruu”
(mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan dibuat lari)

Hikmah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah perkataan yang benar dan tegas yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Dalam Muhammadiyah ayat ini sudah sangat sering disampaikan dan menjadi dasar Muhammadiyah dalam berdakwah, sehingga terciptalah konsep dakwah cultural.
Dakwah Cultural adalah cara berdakwah dengan cara perdekatan budaya. Budaya, tradisi dan adat istiadat yang sudah mendarah daging dalam tubuh masyarakat dihargai, kemudian dikemas dengan nilai-nilai Islam sehingga lambat laun masyarakat dapat meninggalkan tradisi yang berbau TBC (takhayul, bid’ah, khurafat) dengan peribadatan sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah Rosul.

Terkait masalah konsep dakwah cultural, terkhusus budaya selamatan, ada 3 opsi yang ditawarkan
1. Mendatangi acara selamatan, namun secara pelan-pelan harus dapat menjelaskan kepada masyarakat bahwa hal tersebut adalah bid’ah, dan berusaha merubahnya. Mungkin dengan mengkaji ayat-ayat dan dzikir yang dibaca, mengurangi 7harian menjadi 3harian, kemudian menjadi 1hari, dll.
2. Datang tapi terlambat, dalam artian tidak mengikuti tahlilan, namun hanya ceramahnya saja, sebagai kewajiban seorang muslim jika mendapat undangan. Namun, jika seperti ini, masyarakat kurang mendapat pemahaman.
3. Tidak datang, dengan maksud memberikan pelajaran bagi masyarakat bahwa hal tersebut tidak perlu dilakukan. Hal ini menimbulkan konsekwensi yang lebih besar, sebagai ganti tidak mengikuti setiap acara selamatan, orang tersebut harus pintar “srawung” dan bersosialisasi dengan masyarakat pada kesempatan yang lain.

Yang saya bingungkan di sini adalah, apakah cara tersebut efektif untuk menghilangkan tradisi masyarakat? Yogyakarta adalah kota tempat kelahiran Muhammadiyah dan Muhammadiyah pun amat berkembang pesat di Yogyakarta. Namun kenapa di Yogyakarta sendiri tradisi kejawennya masih tumbuh subur? Padahal KHA. Dahlan sendiri dulu tumbuh di lingkungan kraton, sungguh ironis.

kemudian jika kita terlalu apatis terhadap kebudayaan tersebut, maka justru orang non-Islam akan berteriak kegirangan karena mendapatkan kesempatan yang baik untuk memurtadkan orang Islam. Hal ini pernah terjadi di Jawa Timur. Ada sebuah desa yang kebudayaan selamatannya telah benar-benar menghilang, namun hal tersebut terjadi karena pemaksaan, bukan penyadaran. maka masyarakat pun mencari celah untuk dapat melestarikan apa yang diyakininya. dan moment ini dimanfaatkan missionaris, mereka mangadakan selamatan untuk orang Islam, namun yang dibaca bukannya dzikir islami, melainkan ayat-ayat injil yang berbahasa Arab. astaghfirullah

Guru saya berkata bahwa itulah proses, dan itulah yang seharusnya menjadi motivasi kita untuk selalu dakwah amar ma’ruf nahi munkar, karena memang sulit sekali berhadapan dengan tradisi masyarakat. Mengingatkan anggota keluarga sendiri saja kadang kita tidak mampu.

Dan menurut teori dakwah, dakwah itu harus disesuaikan dengan objek yang didakwahi.
Jika orang yang kita dakwahi sudah mampu untuk menerima kebenaran seutuhnya maka katakanlah dengan tegas dan terang, namun jika orang yang kita dakwahi belum mempu untuk menerima kebenaran maka lakukanlah dakwah dengan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu.

Konsep ini juga pernah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Ketika beliau berdakwah di Makkah, yang pertama kali beliau lakukan adalah menanamkan iman dan tauhidullah di hati umatnya. Dan ketika beliau berdakwah di Madinah, beliau mulai menanamkan hukum-hukum agama, jihad, muammalah, dll. Hal tersebut dikarenakan oleh kondisi umat Islam di Madinah yang lebih siap menerima kebenaran dibanding kondisi umat Islam di Makkah. Dan dakwah nabi pun terbukti keberhasilannya.

Jika kita melihat pada sejarah masuknya Islam ke Indonesia, orang Indonesia pada umumnya menyukai Islam karena ajaran agama Islam yang tidak mengenal sistem kasta, penyebaran Islam dilakukan dengan jalan damai, upacara keagamaanya yang sederhana, dll. Walaupun telah memeluk Islam, umat Islam pada waktu itu masih sulit sekali meninggalkan tradisi animisme, dinamisme maupun ajaran Hindu Budha, sehingga dilakukanlah pendekatan-pendekatan kebudayaan. Seperti para Sunan yang mengundang orang untuk memeluk Islam dengan gamelan, wayang kulit yang dijadikan hiburan dikemas nilai Islam dengan diubahnya bentuk tubuh wayang kulit agar tidak terlalu menyerupai manusia, dll.

Dalam babad tanah jawa yang tersimpan di museum Belanda tercatat, bahwa Sunan Kalijaga berkata,
“ aku berharap agar umat Islam di masa mendatang dapat meluruskan apa yang aku perbuat sekarang”.
Yah, karena memang dakwah di masa dulu tidak akan diterima masyarakat jika langsung saklek, ekstrim dan tidak flexible.

Kemudian saya mencoba membandingkannya dengan proses penyebaran agama Kristen. Kebanyakan upacara agama kristen tidak murni dari agama Kristen tapi juga ada akulturasi budaya dengan agama Pagan (penyembah alam). Seperti hari Natal, tanggal 25 Desember diambil dari hari raya kaum Pagan. Dulu hari suci kaum Nasrani adalah hari Sabtu, kemudian digeser 1 hari hari Minggu yang merupakan harinya kaum Pagan untuk menyembah matahari ( SunDay=hari matahari).

Umat Kristen saat ini tampaknya tidak terganggu dengan hal semacam itu. Namun umat Islam sangat amat terganggu dengan akulturasi budaya Hindu Budha, animisme dinamisme ke dalam ajaran Islam, karena hal itu amat terkait dengan masalah aqidah.

Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah wali songo?
Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah Muhammadiyah?
Lalu dimana letak kesalahan metode dakwah umat Islam pada umumya? Selengkapnya...

Sunday, March 29, 2009

Sang penyejuk hati

Kenapa dia sangat menghormatiku???

Jika aku menghormatinya setinggi gunung maka dia akan menghormatiku setinggi langit

Aku capek, harus menjadi orang dewasa, yang bisa mengayomi teman-temanku

Tersenyum di bawah penderitaan, untuk melihat mereka tersenyum

“tabassumuka fi wajhi akhiika shadaqah”
Senyummu di hadapan saudaramu adalah shadaqah

Yaa, aku hanya mencoba mengamalkan hadits di atas, untuk mengharap ridho Allah
Namun, aku lelah jika harus selalu mendengar keluh kesah mereka, sedangkan keluh kesahku tak dapat ku keluarkan.

Setiap orang memiliki sisi kedewasaan dan sisi kekanak-kanakan.

Kadang aku ingin dianggap sebagai anak kecil yang disayangi dan dimanjakan.
Dan harapan ini kutambatkan kepadanya.

Dia yang dapat menenangkan hatiku, walau jarang ku dengar suaranya, walau jarang ku lihat wajahnya, hanya dengan membaca tulisannya.

Astaghfirullahal ‘adziim

Tak ada kata yang dapat ku ucapakan, hanya senyum dan anggukan yang keluar dariku dan darinya ketika kita bertemu. Yah, dia amat sangat menghormatiku, padahal aku amat sangat mengaguminya.

Aku membutuhkannya

ketika jiwaku tergoncang, melihat senyumnya seakan-akan goncangan itu hanya mengayun lembut tubuhku.

Ketika diriku tertekan, aku membayangkannya berjalan ke arahku, berusaha untuk menghiburku. Walau hanya dalam bayangan, namun auranya dapat ku rasakan.

Dalam kebahagiaan pun, aku ingin membagi perasaan itu dengannya.
Ah, selama ini aku hanya bertahan dengan kekuatan impian itu.

Berharap kepada manusia harus berani menanggung resiko kecewa dan putus asa, dan aku tak mau merasakannya.

Harapan itu kini kutambatkan kepada Allah Sang Pencipta, melewati do’a, aku meminta
“ ya Allah, jadikanlah dia penyejuk hatiku, setelah kalam-Mu dan cinta-Mu”
Amien..
Selengkapnya...

Friday, March 27, 2009

Musykom IMM UGM


href="file:///C:%5CUsers%5Cmiftah%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml">

Indah bukan pemandangan di atas?? Subhanallah walhamdulillah..walaa ilaaha illallah..wallahu akbar

Ku ceritakan pada kalian

Jum’at 20 Maret 2009, pukul 22.00 aku baru pulang ke rumah, seusai menunaikan amanah di mu’allimaat dan IMM, belum istirahat sejak pukul 7 pagi diriku ini, sampai di rumah masih harus dihadapkan dengan menumpuknya tugas, dan mata ini baru terpejam pukul 02.00 sabtu dini hari.

Sabtu 21 Maret 2009, sebetulnya aku harus stand by di masjid Al iman pukul 7 pagi, namun karena harus mempersiapkan surat dan mengeprintnya baru pukul 8 aku sampai di Masjid Al-iman, dan baru berangkat setelah pukul 9.00. Rombongan musykom ini terdiri dari atika, molly, miftah, mb Luluk, mas ghifari, mas malik, yusro, wisda, mb dania, mb kiti, mb izza, wahyu, ulum, mb qalbi, dll.

Perjalanan yang lama pun kian bertambah lama, karena untuk sekian kalinya anggota dari rombongan tersesat dan terpisah, sehingga harus saling menunggu dan mencari, tapi kelelahan dalam perjuangan pun dapat terobati dengan indahnya pemandangan di sekeliling jalan menuju Mangunan, Bantul.

Aku suka perjalanan ini, penuh tantangan, melewati jalanan yang terjal dan berkelak-kelok, naik turun bukit, diiringi dengan merdu suara burung dan roda motor yang bergesekan dengan batu kerikil.

Lokasi musyawarah komisariat benar-benar berada di pucuk bukit, tak ada lagi tempat yang lebih tinggi dari itu sejauh mata memandang, deburan ombak di laut selatan pun terlihat berkejar-kejaran,,tak henti-hentinya aku mengucap subhanallah!!!

Pembukaan dimulai selepas sholat dhuhur, dilanjutkan dengan pleno 1 yaitu pembahasan tata tertib,,,sepertinya alam turut memeriahkan musykom kali ini, sekitar pukul 14.00 hujan mulai mengguyur lokasi musykom, hujan deras yang diiringi dengan badai. Tentunya kalian dapat membayangkan, biasanya angin di daerah kota atau dataran rendah tidak terlalu kencang, karena ada pohon dan bangunan tinggi yang menahannya, namun ini di dataran tinggi kawan, tidak ada yang dapat menahan kerasnya angin dan badai. Karuan saja pohon-pohon begitu keras berayun-ayun mengikuti arah angin, suara kerikil dan batu yang terangkat pun terdengar amat keras di atap sana, dan bocorlah bangunan yang kami gunakan.

Otomatis Pleno pertama pun ditunda, ada suasana kepanikan yang muncul, karena tempatnya banjir, air hujan masuk melalui celah-celah pintu dan jendela, belum lagi atap yang bocor, air masuk layaknya pancuran, barang-barang mulai diungsikan ke tempat yang aman.

Aku perhatikan teman-temanku yang berjuang di pendopo, Auriza, Devit dan Bustan.. ah kasihan sekali mereka, tentunya angin langsung menerpa tubuh karena tak ada tembok yang menghalangi, dingin yang merasuk ke sumsum tulang, dan badan yang basah karena terkena hujan. Tapi entah mengapa, aku justru amat menikmati situasi ini. Rasanya aku ingin memanjat ke pohon yang tertinggi, mengikuti ayunan angin sambil bernyanyi. Jiwa liarku pun bangkit kembali, andaikata aku membawa cukup ganti, pasti aku akan melakukannya. Tak peduli apa kata orang..hiks hiks, namun aku hanya dapat membayangkannya, ingin sekali ku berteriak, melepaskan kepenatan yang selama ini menghantui.

Ah, tapi aq cukup senang, lama sudah aku tidak menjumpai kondisi seekstrim ini.

kami pindah ke lokasi yang lebih rendah pukul 16.00, dan saat itu banyak anggota komisariat yang baru datang dari kota Jogja. Rapat Pleno 1 pun dilanjutkan, kemudian diteruskan dengan Pleno 2 yang berupa laporan pertanggungjawaban.

dan tahukan kalian, sampai jam berapa kita melakukan Pleno 2?

Sampai jam 3 pagi kawan..

Dan itu pun tinggal beberapa orang yang tersisa, yang lain pada memejamkan mata dan menghangatkan diri...

Setelah sholat subuh pun aktifitas kembali seperti semula, berfoto-foto sejenak kemudian melanjutkan sidang pleno ke-3 dan ke-4, tak ada yang begitu berkesan dalam sidang pleno kali ini, sama seperti musyawarah-musyawarah yang ku ikuti selama ini.

Ternyata acara yang diagendakan dapat selesai siang pun molor hingga sore hari, aku ingat akan amanahku untuk mengajar di Mu’allimaat, sehingga harus pulang mendahului yang lain. Aku pulang bersama Atika dan Wisda, sekali lagi, dalam perjalanan yang jauh pada kali ini aku hanya bermodalkan nekad dan berani bertanya,,,hah, dan benar rupanya, aku lupa jalan pulang, awalnya sih hanya menggunakan insting untuk menentukan arah, namun aku merasa telah jauh tersesat. Dan bertanyalah aku pada penduduk setempat. Aku mengikuti arah yang diberitahukan penduduk tadi, namun aku merasa jalan yang ku lalui sekarang berbeda dengan jalan waktu berangkat.

Kok rasanya kemarin ga sejauh ini untuk mencapai jalan raya?

Hah, namun aku terus melanjutkan perjalanan mengikuti petunjuk penduduk tadi..alhamdulillah, tersesat membawa nikmat, pemandangan yang ku dapatkan ketika pulang jauh lebih indah ketika waktu berangkat, jalanannya lebih terjal dan menantang, subhanallah, aku benar-benar terpana, indaah sekali pemandangan yang ku lihat, ingin sekali aku beristirahat sejenak sekedar untuk menikmati pemandangan yang amat indah itu, aku hanya bisa mengurangi kecapatan motorku karena harus segera mencapai Jogja. Namun ada satu hal yang bisa kulakukan, yaitu berteriak, sepi lenggang, tak ada yang mendengar kecuali Atika, tidak menggema pula suaraku itu, Wisda juga sepertinya terkantuk-kantuk di belakang sana...ah aku merasakan bebas,,

Sampai di Jogja Adzan mahrib berkumandang, kami sholat di Masjid Gede Kauman, wah, aku mulai merasakan detik-detik terakhir sisa energiku, Wisda dan Atika pun merasakan hal yang sama. Setelah itu aku mengantarkan Atika sampai ke kosannya, kemudian kembali ke Mu’allimaat untuk mengajar. Dalam perjalanan, aku mulai mereview kegiatanku dalam beberapa hari terakhir, tidur larut malam, energi banyak yang terkuras, dan benar-benar mencapai puncak kelelahan setelah musykom. Aku tidak yakin dapat mengajar dengan baik di Asrama Maryam Mu’allimaat. Hanya keinginan untuk melaksanakan amanah yang membawaku dapat mencapai Asrama Maryam.

Ting tong, ting tong!!

Aku membunyikan bel asrama,

ah, ternyata anak-anak belum siap, sekalian menunggu waktu isya’ kata mereka. Aku langsung menuju kamar ustadzah, yang tidak lain adalah teman sekelasku dulu, Santi. Astraghfirullah, ternyata tulangku tak kuat lagi untuk menyangga badan, terbujur langsung aku di atas kasur temanku, dan terpejamlah mata. Benar-benar tak sadarkan diri, santi membangunkanku ketika anak-anak sudah siap untuk diajar.

Laa haula walaa kuwwata illa billah, aku mencoba mengumpulkan segenap energi yang tersisa. Sering aku mengajar dalam keadaan lelah, namun baru kali ini aku mencoba mengajar dalam keadaan tak bertenaga, hanya semangat yang tersisa di jiwa..benar-benar seperti kesurupan aku ini, aku hampir tak sadar apa yang telah kuucapkan pada anak-anak didikku, namun senyum mereka seperti membangkitkan jiwaku. Entah kenapa mereka tiba-tiba menjadi murid yang sangat baik, tidak seperti biasanya, kini menjadi mudah diatur dan dipahamkan. Mereka membantuku walau hanya sekadar menghapus papan tulis dan mengambilkan spidol.

Alhamdulillah satu amanah selesai, aku pulang ke rumah dalam keadaan tak karuan, padahal esok hari aku harus presentasi. Alhamdulillah kuucapkan selalu, justru dalam keadaan terjepit dan terdesak seperti ini aku merasakan benar cinta Allah lewat pertolangan-Nya. Ya Allah, aku sangat amat mencintai-Mu...Aku tak tahu, sampai kapan tubuh ini bisa bertahan. Semoga pertolongan Allah dapat kurasakan selalu. amien..

Selengkapnya...