CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Saturday, February 21, 2009

Menghidupkan Tradisi Lama

Cara terbaik untuk mewarisakan nilai-nilai moral kepada anak adalah lewat keluarga. Karena dari keluarga itulah terjalin hubungan emosi yang kuat antara anak dan orang tua. Transfer nilai pun bermacam-macam medianya, bisa lewat dongeng sebelum tidur, permainan, nyanyian, contoh perilaku baik dari keluarga dan lain-lain.

Disini saya akan membahas nilai-nilai yang terkandung dalam lagu(tembang) dolanan bocah “ Sluku-sluku Bathok”. Mungkin banyak orang yang mengira bahwa tembang itu hanya tembang biasa yang tak berarti, namun perlu diketahui, bahwa orang-orang zaman dahulu senang sekali menyelipkan nilai-nilai moral pada kesenian, karena lebih bisa diterima orang. Tidak ada kata “menggurui” dan “sok suci”, karena dalam kesenian semua orang senang dan bisa menikmati. Termasuk pada tembang “Sluku-Sluku bathok”.

Tembang Sluku Sluku Bathok

Sluku sluku bathok

Bathoke ela elo

Si Rama menyang Solo

Oleh-olehe payung mutho

Pak Jenthit lolo lo bah

Yen mati ora obah

Yen obah medeni bocah

Yen urip goleko dhuwit

Sluku-Sluku Bathok (kepala): kita perlu beristirahat untuk memaksimalkan kemampuannya. Kalo diforsir terus bisa aus, stress, hang, macet daya pikirnya

Bathoke ela elo: dengan cara berdzikir (ela-elo=laa ilaaha illallah), mengingat Allah akan mengendurkan syaraf neuron di otak

Si Rama menyang Solo: siram (mandilah, bersuci) menyang(menuju) Solo (Sholat). Lalu bersuci dan dirikanlah sholat. “jadikanlah sholat itu sebagai istirahatmu. Lalu apa fadhilah sholat?

Oleh-olehe payung mutho: yang sholat akan mendapat perlindungan (payung) dari Allah, Tuhan kita. Kalau allah sudah melindungi, tak ada seseuatupun di dunia ini yang berkuasa menyakiti kita, tak satu pun.

Pak Jenthit lolo lo bah: kematian itu datangnya tiba-tiba, tak ada yang tahu. Tak bisa dimajukan atau dimundurkan walau sesaat. Sehingga saat kita hidup kita harus senantiasa siap dan waspada. Selalu mengumpulkan amal kebaikan sebagai bekal untuk dibawa mati.

Yen mati ora obah: orang yang mati itu tidak bisa bergerak, hanya terdiam kaku, terbujur sempit di kotak 1x2m.

Yen obah medeni bocah: saat kematian datang, semua sudah terlambat. Kesempatan beramal hilang. Banyak yang ingin minta dihidupkan tapi Allah tidak mengizinkan. Jika mayat hidup lagi maka bentuknya menakutkan dan mudharatnya akan lebih besar.

Yen urip goleko duwit: kesempatan terbaik untuk berkarya dan beramal adalah saat ini. Saat masih hidup. Ingin kaya, mambantu orang lain, membahagiakan orang tua, sekarang lah saatnya. Ketika uang dan harta benda masih bisa menyumbang bagi tegaknya agama Allah. Sebelum terlambat, sebelum segala kesempatan ditutup.

Cara bermain sluku-sluku bathok

Permainan ini biasa dimainkan atau diajarkan untuk anak kecil. Pertama kali anak kecil disuruh untuk duduk selonjor (meluruskan kedua lutut ke depan), kemudian kedua tangannya memegang lutut. Lalu kedua tangan di majumundurkan dari lutut hingga ujung jari kaki, bersamaan dengan itu dia harus menyanyi atau melantunka syair-syair di atas, sampai dengan selesai.

Permainan ini dimaksudkan untuk memberi hiburan kepada anak kecil agar tidak rewel, ada berbagai variasi dalam permainan ini, tergantung daerahnnya masing-masing.

Ketika orang tua sedang menyanyikan syair tersebut biasanya duduk berbaring di dekat anak, dia pura-pura meninggal, lalu anak akan berusaha membangunkan orang tuanya yang meninggal.

Ketika orang tua tidak bangun, maka si anak akan merasa sedih, setelah lama diam, mendadak orang tua bangun dan ini membuat anak terkejut, biasanya anak akan langsung terkekeh-kekeh.

Nah. Setelah anak bisa dikendalikan, orang tua mulai bisa menanamkan nilai moral kepada anak, menerangkan apa maksud yang terkandung pada tembang itu kepada anak. Jika hal ini sering dilakukan, maka insyaallah akan membekas pada hati anak.

0 comments: